“Nilai lw berapa?”
“Gue dapet A.”
“Gue dapet A-“
“Sama donk.”
“Lw dapet berapa?”
“Gue cuma B, lumayan daripada lumanyun.”
“Ahh… Dosennya pelit nih, masa gue dapet C, padahal semua tugas gue kerjain.”
“Iya nih, dosennya ghaib banget ngasih nilainya. Si Males aja nggak pernah masuk malah dapet A-“
“…………….”
Akhirnya, dari percakapan itu keluar bermacam-macam umpatan, kekesalan, ada juga yang nyombongin diri (walaupun dengan unsur bercanda), tapi ada juga yang cuma diam-diam aja sambil senyum-senyum kecil.
Nilai itu sepertinya sesuatu yang sangat penting untuk hampir seluruh manusia di dunia ini. Dengan nilai, kita dapat mengetahui kadar kepandaian seseorang. Tidak hanya itu, dengan nilai juga banyak hal yang dapat dijadikan sebagai standar atau tolak ukur berbagai macam hal. Oleh karena itu, banyak orang, khususnya pelajar, yang menganggap nilai itu menyangkut hidup dan mati orang tersebut.
Sebagai mahasiswa, saya mengamati kecenderungan teman-teman saya yang juga mahasiswa, bahwa tingkat stress semakin tinggi dengan alasan yang ujung-ujungnya menyangkut nilai. Buktinya, semuanya dapat dilihat ketika nilai dibagikan, terutama ketika nilai UAS sudah di-publish. Namun, bukan berarti dengan begitu kita dapat men-judge atau menyimpulkan bahwa semua orang berorientasi pada nilai. Ada beberapa orang yang tidak peduli pada nilai, tetapi lebih pada ilmu atau keahlian yang didapatkan. Namun, jumlah orang yang seperti itu sangat sedikit, karena tetap saja orang memperhatikan kedua hal tersebut, nilai dan ilmu yang diperoleh.
Entah mengapa nilai bisa sebegitu pentingnya.
Saya sendiri merasa nilai itu bukan suatu hal yang mutlak, di mana dengan nilai kita mengetahui standar dan kemampuan seseorang, karena semua penilaian pada dasarnya dilakukan oleh manusia, suatu benda hidup yang memiliki perasaan, akal, dan nafsu. Dengan demikian, semua dosen, guru, atau siapa pun yang berhak memberikan nilai memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak ada standar khusus yang menjadi patokan wajib dalam kriteria pemberian nilai.
Sebagai mahasiswa, saya mengamati (walaupun pengamatan saya bukan penelitian yang valid layaknya seorang psikolog) bahwa ada dosen yang menilai dengan memperhatikan kehadiran mahasiswa dalam kuliahnya, ada yang menilai berdasarkan keaktifan saat kuliah, ada yang hanya menilai dengan melihat hasil akhir dari ujian, dan ada juga yang asal dalam pemberian nilai, tanpa memperhatikan kerja keras mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan ujian, serta berbagai macam landasan lainnya.
Di samping sudut pandang tersebut, tidak jarang juga banyak pelajar yang melakukan kecurangan dalam melaksanakan ujian, namun karena tidak semua melakukan kecurangan, hal tersebut menyebabkan seolah adanya ketidakadilan. Akan tetapi, itulah mahasiswa atau mungkin sifat buruk kebanyakan orang di Indonesia, mencari kesalahan dengan melihat orang lain, tanpa mau mengevaluasi diri sendiri. Kadang kita tidak menyadari bahwa sebenarnya semua hal bisa terjadi. Oleh sebab itu, jangan pernah meremehkan seseorang, karena yang lebih penting adalah proses yang dijalani bukan hasil yang baik dari proses yang salah.
Di sisi lain, terkadang sering saya berpikir, mengapa orang terlalu stress memikirkan nilai. Toh, orang yang males pun dengan mudah bisa mendapatkan nilai bagus dan yang rajin justru tiba-tiba bisa saja mendapatkan nilai yang jelek. Mungkin ada benarnya bahwa faktor keberuntungan juga mempengaruhi semuanya, sekalipun kebenaran ada atau tidaknya keberuntungan masih dipertanyakan.
Apakah nilai sebuah takdir?
Seberapa penting nilai Anda dapat mempengaruhi takdir Anda yang lain?
Jadi, seberapakah pentingnya nilai bagi Anda?
Jawaban yang cukup terlihat sederhana, tetapi sulit diimplementasikan;
“Lakukanlah yang terbaik, berusahalah dengan keras, orientasikanlah pada proses dan ilmu yang didapat, karena sesungguhnya hasil akhir yang baik akan didapat dengan mengikuti proses yang baik dan tepat.”
Dengan menulis ini, mengingatkan saya pada film Dragon Zakura, di mana di dalam filmnya ada kutipan:
“For an examination question, there is always only one good answer. If you don’t find that single good answer, you fail. It’s very difficult problem. But for life, it’s different. In life, there are many correct answers.”
Artinya:
“Dalam ujian pasti selalu hanya ada satu jawaban yang benar. Jika tidak dapat menemukan jawaban yang tepat, langsung gagal. Hal tersebut merupakan hal yang sulit. Tetapi dalam kehidupan berbeda. Dalam hidup, banyak terdapat jawaban yang benar.”
Jadi, pilihlah jawaban yang benar dalam hidup yang sesuai dengan hati dan kemampuan, sehingga menjadikan hidup lebih mudah dan tidak terpaku pada sesuatu hal yang disebut nilai, karena proses dalam hidup sudah merupakan nilai bagi setiap individu. Untuk itulah, mengapa kita harus mengevaluasi diri sendiri dalam menjalani kehidupan.