Walau sudah tiga bulan lebih, rasanya seminggu pengalaman di negeri orang nggak bakal terlupakan. Yah, itulah peristiwa di mana banyak pengalaman pertama saya.
Pengalaman pertama masuk ke dalam Bandara Internasional punya Indonesia, Soekarno-Hatta.
Pengalaman pertama naik pesawat terbang.
Pengalaman pertama pergi ke luar negeri.
Pengalaman pertama berkompetisi berskala internasional.
Oke. Mungkin nggak bakal cukup satu postingan ini untuk bercerita tentang pengalaman saya di negeri orang. Di sini saya cuma mau mengutarakan perjalanan saya di "tanah barat".
* * *
Tanggal 2 Juli adalah hari keberangkatan saya menuju Warsawa, Polandia, untuk mengikuti sebuah lomba bernama Imagine Cup 2010. Tak perlulah saya menceritakan lomba tentang apa itu dan embel-embelnya, karena semuanya bisa ditanyakan sama Mbah Google. Lagipula, sekali lagi saya hanya mau menceritakan unek-unek saya ketika berada di sana dibandingkan dengan keadaan di sini, di Indonesia tercinta.
Oke langsung aja deh!
MAKANAN : VARIASI DAN RASA
Wah, ini dia hal yang nggak disangka-sangka. Berdasarkan pengalaman lomba yang diadakan sebelumnya dan konfirmasi registrasi tentang makanan yang terdapat pilihan menu makanan untuk muslim, saya dan teman saya nggak nyangka kalau pas di lapangan tidak disediakan makanan halal. Alhasil, kita hanya makan menu-menu aman, seperti ikan, sayuran, kentang, sereal, dsb.
Yup. Terlepas dari itu semua, ketika saya berada di sana, makanan merupakan hal yang paling "ngangenin". Saya serasa ingin buru-buru pulang ke Indonesia untuk segera merasakan nikmatnya makanan di bumi khatulistiwa. Bahkan, saya sudah sangat "ngiler" ketika membayangkan nasi dan kecap ditambah telur dadar, tahu, tempe, dan kerupuk. Hmmm... Mau tahu kenapa?
Makanan di sana, apalagi di sebuah hotel internasional berbintang 4, tentunya berparas cantik nan menggugah. Tapi, itu semua hanya tampilan. Ketika makan, rasa yang ada tak lebih dari sekedar rasa manis dan asin. Yah, mungkin karena bumbu di sana hanya ada garam dan lada. Bersyukurlah saya sebagai orang Indonesia yang punya berlimpah bumbu dan rempah-rempah. Tapi inilah yang menjadi poin. Jarang sekali orang yang bersyukur untuk bisa makan, padahal di negeri ini saja dengan kekayaan kulinernya masih banyak yang harus menahan lapar bukan karena tak ada makanan halal, tapi karena mereka tak mampu membeli makan. Ini juga muungkin bisa jadi peluang untuk memasarkan berbagai kekayaan bumi ini berupa rempah atau produk kuliner ke negeri seberang.
PANORAMA ALAM DAN KEBUDAYAAN
Banyak banget orang Indonesia yang ingin ke luar negeri. Entah sekedar gengsi atau rasa penasaran. Yang jelas, nggak tahu kenapa, adrenalin saya yang begitu menggebu-gebu untuk merasakan udara luar mulai hanyut ketika pesawat mulai take off. Mungkin ketika hendak landing di Hongkong untuk transit, masih ada rasa takjub terhadap negeri orang.
Pemandangan malam yang begitu berkilau tampak dari atas langit Hongkong, cahaya lampu yang gemerlap menyinari negeri Hongkong, bak negeri mentereng di banjiri lahar, terbawa kesan cahaya lampu kuning orange yang menghiasi negeri tersebut. Tapi, setelah tiba di London, untuk transit lagi, sudah tidak ada perasaan yang sangat wah seperti di awal. Rasanya seperti belum di luar negeri. Biasa saja. Hingga akhirnya saya sampai di Polandia, dan masih biasa saja. Seperti belum di luar negeri. Entahlah, mungkin karena ekspektasi saya yang berlebihan tentang keadaan negeri orang.
Kebetulan, dalam acara ini ada jadwal untuk jalan-jalan, untuk lebih mengenal negeri yang terkenal dengan sejarah dan tokohnya. Kami berkunjung ke kota Pultusk dan menikmati semua kegiatan dan wahana di sana. Mulai dari naik Gondola, mendengarkan konser di kastil, hingga menyaksikan berbagai kebudayaan dan alamnya.
Lagi-lagi di luar ekspektasi saya. Gondola yang saya naiki mulai berjalan menyusuri aliran air (entah sungai, entah danau). Pemandangan kanan kiri hanyalah semak-semak dan pepohonan kecil yang agak kering, dan jauh dari kesan menyejukkan. Yah, maklum mungkin karena sedang musim panas. namun tetap saja kalau dibandingkan dengan Indonesia, masih sangat jauh. Indonesiaku begitu indah, terlebih dengan kebudayaannya. Di sana, kami menyaksikan berbagai penampilan seni dan kebudayaan. Namun, rata-rata hanya bertemakan peperangan ala barat dengan pakaian perangnya dan musik-musik pendukungnya, serta pembuatan alat perang zaman dulu. Yah, sekali lagi jauh dari Indonesia yang begitu kaya dan beragam akan kekayaan alam, seni, dan budayanya.
Lagi-lagi Indonesia harus bersyukur. Dan potensi ini harusnya lebih dikembangkan lagi, sehingga Indonesia menjadi negara kaya yang benar-benar kaya. Bukan menjadi negara yang selalu dibodohi dan dicurangi.
PEJALAN KAKI DAN KENDARAAN
Oke. Mungkin dari tadi Indonesia selalu lebih unggul, tapi untuk hal yang satu ini, Indonesia kalah mutlak. Anda akan salut melihat kesadaran orang-orang di Polandia akan sistem dan lingkungan. Bagaimana tidak. Silakan Anda mencoba berjalan kaki menelusuri kota. Semua tertib dan benar-benar asik! Tak ada polusi, tak ada fenomena macet, tak ada kesemrawutan lalu lintas, dan semua menikmati perjalanan yang ditempuh dengan kaki.
Pantas saja orang luar negeri banyak yang lebih memilih berjalan kaki ketimbang naik motor atau mobil pribadi. Jawabannya adalah, karena pejalan kaki sangat dihormati. Ketika Anda menyeberang jalan, maka Anda tak perlu menunggu lama hingga jalan sepi atau memaksa pengendara untuk berhenti dengan repotnya dan saling tak mau mengalah. Berbeda dengan di sana. Ketika kita menyeberang, maka pengendara akan berhenti dan memberikan jalan. Tak ada lagi kata tidak mau mengalah, karena pejalan kaki nomor 1.
Bahkan, karena dihormati, beberapa jalan besar yang terdapat rambu untuk pejalan kaki, mereka juga akan menghormati pengendara. Dengan rambu-rambu untuk pejalan kaki, apabila lampu belum hijau (mempersilakan pejalan kaki untuk menyeberang), walau tidak ada kendaraan yang lewat, maka pejalan kaki pun tak akan menyeberang hingga lampu berubah hijau.
Dengan jumlah kendaraan yang terbilang sedikit (dibandingkan Indonesia), dan kesadaran warga untuk lebih memilih kendaraan umum, membuat udara dan lingkungan menjadi bersih, TIDAK ADA POLUSI! Ini yang paling saya suka.
Pokoknya semua serba teratur, tertib, bersih, dan tenang. Ini dia yang perlu kita tiru. Dan hal ini pula yang membuktikan kebenaran isi buku Triniti dengan judulnya Naked Traveler yang mengutip pertanyaannya kepada beberapa bule di Indonesia, yaitu "Apa yang membuat Anda tidak nyaman di Indonesia?" jawabnya adalah "Tidak adanya fasilitas yang nyaman untuk pejalan kaki."
Mungkin terlalu banyak yang saya tulis di artikel ini. Jadi, saya cukupkan sampai di sini walaupun masih banyak yang ingin saya ceritakan dan ingin saya bandingkan antara kedua negeri berbeda adat tersebut. Yang jelas, kita harus banyak belajar dan mengambil semua hal postif dari warga barat. Jangan hanya mengambil yang buruk-buruknya, kawan.
MAJU TERUS INDONESIA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar